Langsung ke konten utama

Perjalanan mencari kitab elektronik




Sebagai seorang mahasiswa, saya ingin memiliki gadget yang secara khusus bisa digunakan untuk membaca dan menyimpan file buku. Awalnya saya membaca dengan HP, bisa sih tapi gak nyaman, karena layar terlalu kecil. Kemudian saya beralih ke tablet, saat itu saya menggunakan tablet merk Lenovo. Lebih nyaman dibandingkan HP, tapi lama kelamaan bosan juga karena saat itu ada tablet yang dilangkapi dengan "pena". Saat itu tablet saya gak ada pena nya. Beralih lah saya ke iPad 6 (2018) yang sudah support dengan "pen" sehingga bisa corat coret saat sedang membaca paper atau ebook. 

Ipad sangat nyaman, kita bisa menginstall berbagai macam aplikasi. Baik yang gratis maupun yang berbayar. Untuk memenuhi kebutuhan saya dalam membaca, saya menggunakan 2 alpikasi andalan, yaitu GoodNotes dan LiquidText. GoodNotes yang saya gunakan adalah yang versi gratisan. Sedangkan yang LiquidText adalah yang berbayar. Membaca jurnal maupun ebook dengan software itu sangat nyaman. Bisa menurunkan rumus, menambah catatan, link ke halaman, crop gambar untuk dimasukkan dalam catatan dll. Nanum saya menemukan satu kekurangan.

Kekurangan dari Ipad adalah lama kelamaan, mata menjadi capek, karena bagaimanapun juga Ipad bukanlah buku. melainkan layar yang memancarkan cahaya. Tentu saja di Ipad juga ada fitur untuk "mode baca" dengan mengurangi intensitas cahaya biru yang dipancarkan, namun tetap saja mata menjadi capek. Akhirnya saya browsing dan menemukan e-book reader.

E-book reader pertama yang saya kenal adalah kindle, namun di Indonesia harganya lumayan mahal. Iseng-iseng mencari di google, akhirnya ketemu dengan e-book reader buatan Sony. Namanya adalah Sony PRS-T1. 
Sony PRS-T1 ini saya beli dari seseorang yang tinggal di Bali. Saat itu saya beli dengan kondisi barang bekas pakai. Nanum, karena merk nya Sony, barang nya masih mulus dan baterai nya masih bisa bertahan hingga 1 bulan. Luar biasa memang. Akhirnya saya simpan beberapa pdf dan ebook saya di sana. Saya bawa ke mana-mana bahkan saya pakai saat mengajar. Saat itu banyak yang heran, kenapa saya malah membeli barang aneh hitam putih dibandingkan dengan membeli tablet baru. Jawabannya adalah, karena gawai tersebut memiliki layar e-ink. 

Teknologi laya e-ink merupakan teknoloagi kertas dan tinta tiruan. Yang mana dalam layar tersebut terdapat pigmen hitam yang mirip dengan tinta. Sehingga saat pigmen hitam yang ukuran nya dalam skala nano ini muncul ke permukaan layar, hasilnya mirip dengan saat kita menggoreskan pensil ke kertas. Kelabihan e-ink ini adalah layarnya tidak memancarkan cahaya. Singkatnya saat membaca dengan teknologi e-ink ini mirip dengan membaca buku.

Namun yang namanya alat buatan mausia, pasti memiliki kekurangan. Karena dia bekerja berdasarkan pigmen, tentu saja kecepatan refresh layarnya tidak bisa seperti monitor lcd. Saat kita membaca halaman baerikutnya, kita akan mendapati ada bekas tulisan sebelum nya. atau kadang refresh nya lambat. Apalagi jika file pdf yang kita baca kapasitas memorinya besar, kadang untuk pindah halaman saya memakan waktu sekitar 2 detik. Kalau gak gitu hank duluan. Memang sebenarnya e-book reader tidak diciptakan untuk keperluan membaca pdf, namun mereka dikhususkan untuk membaca file dengan format mobi, kindle, epub atau plain text yang kapasitas memorinya jauh lebih kecil. 

Nah, sampai di sini saya tuliskan perjalanan saya mencari kitab elektronik, link dibawah ini adalah bagaimana cara menginstall dictionary pada beberapa e-book reader. 



https://sites.google.com/site/gtonguedict/home/stardict-dictionaries

https://shop.boox.com/blogs/news/the-way-to-add-dictionaries-to-your-boox

https://shkspr.mobi/blog/2019/12/guide-add-an-english-dictionary-to-boyue-likebook-ereaders/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Python: Integral, Interpolasi dan Curve fitting

  Dalam mengolah data, python juga sangat mudah untuk digunakan mencari nilai integral dari sebuah fungsi, interpolasi dan fiting sebuah kurva.

Bahasa C: Pembahasan tentang isfinite

 Saat melakukan coding cumeric, ada kalanya kita harus mengecek apakah angka yang akan digunakan untuk menghitung berupa angka "normal" nilai nya melebihi range angka yang disetujui ataukan angkanya terlalu besar. Jika membuat fungsi sendiri, bisa jadi akan memakan waktu lama dan tidak efisien. Sehingga dalam bahasa C sudah disediakan library yang digunakan untuk mengecek bagaimana angka yang akan digunakan untuk menghitung.  Berikut adalah salah satu library yang disediakan oleh C untuk melaukan pengecekan angka yang akan digunakan untuk menghitung. Namanya adalah isfinite. Untuk lebih jelas nya dapat dilihat di link berikut .  isfinite berada dalam lingkungan <math.h>. Sehingga sebelum menggunakan nya perlu dilakukan pendefinisian header <math.h> terlebih dahulu.

Tutuorial memasak ubi/ketela dengan microwave

Di Jepang, ketela merupakan makanan yang banyak digemari masyarakat. Jika anda melihat atau penggemar komin Crayon Sinchan, anda akan tau jika Misae (Ibu nya Sinchan) memiliki hobi makan ketela.